Mungkin Yang Anda Cari Ada di Sini

Kamis, 02 September 2010

Cindy Sistyarani


Mungil tapi lincah. Demikian kesan sekilas, begitu melihat sosok Cindy Sistyarani. Bungsu dari 3 bersaudara kelahiran Surabaya 17 Januari itu, memang dikenal lincah dan gesit di lapangan.
Memulai karirnya sebagai reporter di tvOne Biro Surabaya, sejak 17 Desember 2007. Wajahnya mulai dikenal pemirsa ketika Cindy aktif meliput kasus pembunuhan berantai dengan pelaku Riyan, dan juga dukun cilik Ponari di Jombang. Cindy ikut berdesak-desakan berbaur dengan ribuan warga demi bisa bertemu dan wawancara dukun cilik kesohor Ponari.
Namun yang paling mengesankan hingga kini adalah ketika meliput detik-detik eksekusi pelaku Bom Bali I Amrozi, Ali Gufron alias Mukhlas, dan Imam Samudra pada 9 November 2008. Cindy ditugaskan meliput di kediaman orangtua Amrozi, di Desa Tenggulun, Lamongan.
Kepastian waktu eksekusi sangat dirahasiakan. Di tengah ketidakpastian itulah, Cindy memutuskan sewa kamar kost di dekat rumah Amrozi hingga dua mingu lebih. Naluri jurnalistiknya jalan. Berhari-hari ia mendekati keluarga Amrozi, terutama ibundanya. Usahanya yang tak kenal lelah berbuah hasil, ibunda Amrozi dan Mukhlas itu pun akhirnya akrab dengan Cindy.
Menjelang eksekusi, Cindy berhasil ‘menculik’ ibunda Amrozi dan diajaknya ke sawah. Wartawan lain pun pontang panting mencari dimana gerangan ibunda Amrozi itu. Tak ada yang tahu, bersama ibunda Amrozi, Cindy ikut membantu mencabuti rumput di ladang Amrozi. Dari obrolan inilah, Cindy mengenal dekat keluarganya sehingga dialah wartawan pertama yang berhasil mewawancarai secara eksklusif ibunda Amrozi.
Walaupun sudah terbangun suasana kekeluargaan, toh Cindy pernah merasakan kejadian yang cukup menegangkan. Hari-hari menjelang eksekusi, pendukung dan fans Amrozi terus berdatangan. Mereka menginap di masjid dekat rumah Amrozi. Berita tentang eksekusi Amrozi kian santer di media. Di sana sini muncul pro kontra.i Suasananya demikian emosional.
Ketika massa mengetahui Cindy reporter tvOne, sekelompok orang yang umumnya berjanggut itu berteriak:”Allahuakbar..! Laknatullah tvOne…!!” Di ruang lain, siaran tvOne lamat-lamat terdengar sedang menayangkan kabar seputar rencana eksekusi Amrozi. “Laknatullah tvOne…!!!” teriak mereka. Jantung Cindy berdegup lebih keras. (tvOne memang stasiun televisi pertama yang terus menerus menyiarkan seputar Amrozi cs. Bahkan reporter tvOne Ecep S Yasa berhasil menyusup masuk ke LP Nusakambangan mewawancarai Amrozi cs. Ecep pula yang pertama mengabarkan bahwa Amrozi Cs,, pada pukul 00.15, 9 November 2008 telah di eksekusi –lebih cepat dua jam dari keterangan resmi Kejaksaan Agung).
Dengan nada bicara perlahan, Cindy tetap tenang, dan menyampaikan bahwa tvOne adalah televisi independen bukan milik Amerika seperti yang dituduhkan beberapa orang di Tenggulun itu. Untunglah, mereka mengerti. Suasana pun sedikit mencair, karena Cindy sudah kenal baik dengan keluarga Amrozi.
Tentu bukan karena tuah dari dukun cilik Ponari kalau Cindy gemar membaca. Sejak SMA ia sudah gemar melahap novel. Pramoedya Ananta Toer, merupakan pengarang favoritnya.
Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Airlangga ini, dikenal sebagai sosok mandiri. “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri; bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri,” demikian Cindy, mengutip salah satu novel Pramoedya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
web metrics