Mungkin Yang Anda Cari Ada di Sini

Rabu, 18 Agustus 2010

IMW: Hipokrit Negara, Media, dan Masyarakat atas Video Ariel-Luna-Tari





Jurnalperempuan.com-Jakarta. Pemberitaan tentang video yang disinyalir mirip Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari (Video Ariel-Luna-Tari) mengundang respon berbagai kalangan. Termasuk Indonesia Media Watch (IMW). Melalui diskusi publik “Hipokrit Negara, Media dan Masyarakat dalam Melihat Persoalan Seksualitas” yang digelar Rabu (23/06) di Galeri Cafe Taman Ismail Marzuki, IMW menilai ada kecenderungan bagi Negara, media, dan masyarakat menghukum moralitas Areil-Luna-Tari, tapi juga ramai menonton dan membagi video Ariel-Luna-Tari. 

IMW merupakan lembaga sosial masyarakat yang fokus pada monitoring media massa di Indonesia. Dengan pemantauan kritis terhadap media massa di Indonesia, IMW bertujuan membangun pemahaman baru mengenai moralitas, pengetahuan seksualitas, dan media massa bagi masyarakat.

Selain itu IMW juga menilai bahwa media massa telah mengarahkan masyarakat pada satu opini moral yang absurd. Makna hubungan seks dan isu seksualitas yang dibangun media tidak pada tempat yang jelas. Untuk menjelaskan keadaan itu, IMW menghadirkan Idy Muzayyad dari Komisi Penyiaran Indonesia/KPI, Veven SP Wardhana sebagai pengamat Media, Andy Budiman dari Aliansi Jurnalis Independen/AJI, dan Hendra Kaprisma peneliti di IMW. 

Salah satu yang diutarakan Veven adalah seputar bias seks/gender. Media massa telah menilai bahwa, karena jenis kelaminnya perempuan, Luna dan Tari dianggap biang masalah. Pernyataan seperti, 'Luna yang tampak santun itu ternyata tak bermoral,' atau 'Luna yang awalnya saya kagumi itu, ternyata mengecewakan saya dengan adegan yang membuat merinding dalam video itu,' telah menjadikan perempuan sebagai permasalahan. 

Sedangkan Andy menjelaskan kasus pemberitaan Video Ariel-Luna-Tari ini berdasar teori jurnalistik. Masyarakat telah mengganggap infotainment sebagai produk jurnalistik. Padahal yang diinfokan di infotainment bukanlah hal penting. Penting atau tidak-nya informasi bagi jurnalistik adalah bila menyangkut urusan publik/privat. Kasus Video Ariel-Luna-Tari ini, pada dasarnya bukan informasi kategori jurnalistik, karena ini perihal privat. 

Selain itu, sebagai orang yang juga bekerja di stasiun televisi, Andy menilai, bukan hanya masyarakat yang tak bisa membedakan ranah publik/privat, insan media juga mengalami hal serupa.

Membahas berdasar teori akademis, Hendra berpendapat, industri media telah menarik tubuh Ariel-Luna-Tari dari masing-masing indvidunya menjadi tubuh sosial. Tubuh sosial yang hadir di publik dikodifikasi oleh moral ideologis tertentu. Relasi kekuasaan antara media, pemerintah, dan penonton (masyarakat) telah menjadikan aspek sosial (publik) menjadi hal utama yang menutup aspek individual (privat). Sehingga, ruang publik tak memiliki kesadaran terhadap keragaman ideologis dalam memandang tubuh, seks(ualitas) atau gender.

Berbeda dengan tiga pembicara lainnya, Idy lebih banyak menanggapi pada ketidakpuasan peserta, selaku penonton televisi, terhadap KPI. Menurut peserta, KPI seharusnya bisa mengontrol media dalam memberitakan Video Ariel-Luna-Tari. 

“Kalau televisi tak memberitakan Video Ariel-Luna-Tari, masyarakat di daerah seperti Papua, tak akan melihat Video Ariel-Luna-Tari. Sebelumnya hanya pengguna internet saja yang memungkinkan tahu Video Ariel-Luna-Tari,” ujar salah satu peserta dari Perempuan Mahardika. 

Idy menjelaskan bahwa, KPI berdiri dan bekerja berdasar pengaduan masyarakat. Selain itu, Idy menambahkan, sangat sulit mengontrol media yang punya kepentingan bisnis. “Media (televisi) takutnya bukan dengan KPI, tapi dengan penonton. Stasiun TV takut rugi,” ujar Idy. 

Lebih lanjut Idy, pentingnya kerjasama antar pihak dalam membangun kualitas penayangan yang baik, di antaranya kerjasama KPI dan IMW. “KPI adalah, IMW negeri. Sedangkan IMW, adalah KPI swasta,” celoteh Idy.



Usep Hasan Sadikin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
web metrics