Malam ini aku tepar
Malam ini jariku memar
Malam ini hatiku bergetar
Malam ini tubuhku gemetar
Malam ini otakku berhenti berputar
Malam ini jiwaku seperti menggelepar
Malam ini… semoga hanya menjadi malam ini
***
Ada melati putih di satu sudut ruang hatiku
tak pernah aku siram namun dia tetap tumbuh segar
sudah sering kucoba untuk memangkas setiap kuncupnya
namun kuncup ini sepertinya sangat bebal dan terus berkembang
akarnya terlalu kuat menancap dan menyebar di setiap sel tubuhku
setiap malam kelopaknya melambai dan menebarkan aroma merangsang
entah siapa pemilik melati segar dan bebal yang sulit aku musnahkan ini
adakah diantara kalian tahu pemiliknya? seperti apa wujud nyatanya?
malam ini aku rindu sekali menyentuh dan mencium aroma segarnya
namun aku takut pemiliknya keberatan dan tak akan mengijinkan
apa yang harus aku lakukan? membiarkan atau memusnahkan?
***
Sudah seminggu bunda menganggap kakak sebagai Ema (nenek)
pening kepala menghadapi pikun dan linglungnya semakin parah
kakak menyerah, aku beranjak pasrah, saudara yang lain? entahlah…
tiga tahun kaki terpasung, jiwa terpenjara, ragaku tak bisa kemana-mana
setiap malam bunda meradang tak mau ditinggalkan, menggigil katanya
aku dan kakak terus bersabar menghadapi setiap keanehan yang terjadi
“mungkin dulu kita terlalu sering menyusahkan bunda.” kataku kepada kakak
“mungkin ini memang sudah jalan kita menebus kenakalan masa kecil dulu.”
jawab kakak melihat kondisi phisik dan phisikis bunda yang semakin menurun
Bunda sayang… jiwamu mungkin sedang goyang, ragamu semakin meradang
namun percayalah, kami anakmu yang dulu mungkin selalu menyusahkan
sepenuh hati ikhlas menjaga dan menemani malam-malam gelisahmu
***
Sudah satu minggu aku menunda keberangkatan ke luar kota
kondisi bunda membuat gerak langkah bak terpagar dinding baja
setiap helaan nafas bunda membuat aku harus selalu siap jaga-jaga
namun esok urusanku tak bisa ditunda, aku bingung harus bagaimana
rasanya tak tega hatiku meninggalkan bunda walau untuk sekejap mata
tapi kepergian kali ini untuk menjemput peluang jaminan masa depanku
Aku harus bisa! Aku harus tega! Toh kepergianku tidak makan waktu lama
Bismillah… semoga langkah dan keputusanku tidak akan meleset lagi
dan tidak akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari
***
Jam di dinding sudah berdentang dua kali
tandanya dini hari sudah kembali menyapa diri
tak ada tanda-tanda kantuk datang sama sekali
ribuan kata-kata masih terus berputar di kepala
laksana sekumpulan air yang mengendap di awan
menunggu giliran mereka untuk bisa ditumpahkan
akh… tapi waktuku hanya tinggal tersisa tiga jam
walau sekejap aku harus sempatkan istirahat
kegiatanku esok sudah jelas sangat padat
staminaku harus benar-benar terjaga
penampilanku harus terlihat sempurna
selamat istirahat laptopku tersayang
terima kasih banyak gubukku yang malang
tiga jam cukup buat kita pejamkan mata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar